NUNUKAN, SIMP4TIK — Ada yang istimewa dalam peringatan Hari Kartini tahun ini yang digelar Sabtu (1/5/2025) di Kabupaten Nunukan. Tari pembuka yang biasanya diisi penampilan umum, kali ini justru mencuri perhatian lewat aksi memukau Anisa, seorang siswi disabilitas tunarungu dari SLB Negeri Nunukan. Ia menampilkan tarian Wonderful Indonesia dengan luwes dan penuh percaya diri di hadapan para tamu undangan.

Penampilan Anisa bukan sekadar pertunjukan pembuka, tetapi juga simbol inklusivitas dan harapan. Meski memiliki keterbatasan pendengaran, ia membuktikan bahwa semangat berkarya tidak terhalang oleh kondisi fisik. “Menari itu hobi saya,” ungkap Anisa dalam keterangannya melalui pendamping.

Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Nunukan, Andi Anisa Muthia Irwan, menyampaikan apresiasi mendalam atas penampilan tersebut. Menurutnya, kehadiran Anisa menjadi bukti bahwa anak-anak disabilitas juga memiliki ruang untuk menunjukkan bakat mereka di ruang publik.

“Kita akan berkunjung dan menggali potensi anak-anak lainnya di SLB. Anisa ini adalah sosok Kartini muda di perbatasan. Meski memiliki kekurangan, ia tetap percaya diri tampil di hadapan umum,” ujar Anisa Muthia.

Ketua Pokja II PKK Kabupaten Nunukan, Tuti Umboro, turut menambahkan bahwa pihaknya memang secara khusus menghubungi SLB untuk meminta rekomendasi anak yang bisa tampil di acara peringatan Hari Kartini. Dari proses itulah, Anisa terpilih.

“Tadi kita bisa lihat sendiri penampilannya luwes. Artinya bukan baru berlatih, tapi memang punya bakat dan sudah sering tampil. Kami sangat mengapresiasi itu,” katanya.

Kepedulian sosial terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, menurut Tuti, menjadi salah satu program prioritas PKK. Ia menekankan pentingnya dukungan berkelanjutan bagi anak-anak disabilitas, terutama mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu.

“Masih banyak yang belum tersentuh. Kita ingin hadir, merangkul, dan mendukung mereka,” tandasnya.

Penampilan Anisa bukan sekadar hiburan, tapi pesan kuat bahwa semangat Kartini hidup di mana saja—termasuk di dalam diri seorang gadis kecil di perbatasan yang menari tanpa suara, namun penuh makna.  

Teks/Foto : Asa Zumara, SS, M.IKom (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )

Editor : Asa Zumara, SS, M.IKom