SIMP4TIK News - Pak Santoso sudah tidak ingat lagi tanggal berapa tepatnya dirinya memulai usahanya ini, yang diingatnya sudah tiga kali ganti presiden sejak awal usaha hingga saat ini.

" Kurang ingat pasnya mas, sudah tiga kali ganti presiden, 15 tahunan lah", ujarnya.

Kepada saya, sembari melayani pesanan pelanggan Santoso bercerita ringan tentang usaha yang digelutinya ini, di bawah terang lampu LED warungnya di bilangan Jl. Ujang dewa Sedadap, Kelurahan Nunukan Selatan, Kecamatan Nunukan Selatan, Selasa (02/08/2022)

Lanjut cerita, Santoso mengawali usaha berjualan Ceker gorengnya ini dengan cara berkeliling menggunakan sepeda motor tuanya.

" Dulu keliling, ikut pasar tiap malam, tapi karena kadang tumpah minyak dan sebagainya, jadi mangkal saja disini", tambahnya.

Berkah baginya, konsisten mangkal di ujung Jl. Ujang Dewa Sedadap, tepatnya di simpang tiga arah kantor Bupati Nunukan rupanya membuat semakin banyak pelanggannya. Ceker ayam yang telah direbus empuk, lalu dibalur tepung cair berbumbu dan digoreng krispi di tempat membuat orang yang sudah sekali mencicipi ingin kembali membeli esok harinya. Rasa gurih berlomba dengan rasa pedas ataupun manis dari sambal kacang sangat terasa di lidah.

Dengan harga seribu per biji, pelanggan dimungkinkan membeli ceker krispi gurih ini dalam jumlah banyak dan sedikit, selembar uang seribupun dilayani dengan senyum sapanya yang ramah.

Benar kata orang bijak, orang yang tekun dan sabar pada saatnya akan menerima bagiannya. Kisah belasan tahun silam itu terus berlanjut, dengan ketekunan dan kesabarannya mulai membuahkan hasil. Dari untung jualan ceker gorengnya, Pak Santoso kemudian bisa mencicil membeli mobil bak terbuka (Mobil Pick Up).

Dengan perhitungan yang cermat motor tuanya diistirahatkan berjualan, lebih ringan tugasnya hanya untuk berbelanja di pasar, tugas berjualan kini beralih kepada si roda empat.

"Ya alhamdullilah, bisa ganti ke mobil mas", ujarnya sambil tertawa renyah.

Dengan mobilnya Santoso memanfaatkan sedetail mungkin setiap ruang dan bidang bak mobilnya, bak mobil dijadikannya seperti warung. Dengan menyewa sebidang tanah yang beratap, warung mobil Santoso-pun terparkir manis di ujung jl. Ujang Dewa setiap pukul 16.00 sore sampai malam.

Menggunakan lampu penerangan yang bersumber dari genset kecilnya, kini Santoso duduk menjual chicken claw-nya, tak lagi berdiri dan tidak lagi kehujanan. Selain ceker goreng, dia menambahkan menu lainnya, seperti sosis, tempe, dan pentol goreng.

Tak ingin mubazir dengan tempat yang masih tersisa, Santoso pun mendesain warung mobilnya dengan lebih maksimal. Kini Santoso melibatkan sang istri tercintanya untuk turut ambil bagian. Kalau dahulu bekerja di balik layar di dapur rumahnya, kini setelah ada mobil sang istri naik panggung, ikut naik dan duduk di bak mobil.

Di dalam warung mobilnya, bersama pak Santoso duduk bersebelahan, diiringi sesekali senda gurau dan lantunan lirih musik dangdut Bu Santoso melayani pelanggan dengan menu baru, yakni Soto ceker Ayam dan Nasi Lalap. Dengan selembar uang sepuluh ribu, pelanggan sudah bisa menikmati semangkuk soto ceker yang hangat dan gurih, setangkup nasi, jeruk dan sambalnya sudah sepaket semuanya.

" Ya Alhamdullilah, kalau pakai motor 10 kilo (kilogram) habis semalam, sekarang ini kalau mau dituruti bisa sampai 30 kilo, hanya saya batasi 15 kilo saja, supaya yang lainnya (sosis goreng, bakso goreng, tempe goreng) bisa ikut laku", katanya menjelaskan sembari bersyukur.

Perbincangan pun terus berjalan, dan tiba kisah di titik pandemi, dengan sedikit tertawa menyeringai Santoso mengaku usahanya sempat seret saat pandemi Covid 19 melanda.

Santoso mengisahkan waktu itu dia sudah sempat kredit usaha ke salah satu Bank, kemudian menyusul tak diduga pandemi merebak. Namun bagaimanapun juga The Show Must Go On, kehidupan harus terus berjalan, dan Santoso perlahan tetap menjalani usahanya.

" Ya syukurlah mas, waktu itu Bank kasih kebijakan bisa molor bayar kreditannya, sekarang ini tinggal 1 kali cicilan lagi", tambahnya tersenyum.

.....................................................

Kisah pak Santoso ini adalah salah satu wajah dan realitas dari jatuh bangunnya sektor UKM (Usaha Kecil Menengah) di tengah - tengah masyarakat. Sebuah gambaran yang bisa mewakili bagaimana sektor UKM berjibaku untuk tumbuh, bertahan hidup dan berkembang menjadi sebuah penghidupan yang memiliki masa depan yang bisa mensejahterakan.

Ada aktor aktor eksternal yang turut membantu bertahan bahkan berkembangnya usaha pak Santoso, salah satunya adalah Perbankan. Seperti yang diceritakannya, perbankan membantu dirinya untuk dapat mengembangkan usahanya, memberikan kucuran kredit.

Bahkan di saat Pandemi Covid - 19, dimana saat itu daya beli masyarakat menurun terhadap produknya dan adanya pembatasan - pembatasan prokes, Bank pemberi kredit usahanya memberikan kelonggaran dalam pembayaran cicilan kreditnya, hal ini adalah wujud intervensi pemerintah untuk memberikan relaksasi.

Selain itu, aktor lainnya yang berkolaborasi dengannya adalah penjual ceker, baik dari lapak penjual daging ayam ataupun dari pedagang ayam goreng yang menjual size (ukuran) ceker yang berbeda, sehingga bisa dijual berbeda sebagai menu Ceker Goreng Krispi dan menu Soto Cekernya.

Jadi keberhasilan UKM (Usaha Kecil Menengah) untuk bertahan dan berkembang di masa Pandemi Covid - 19 juga karena ada aktor ekternal yang terhubung dalam sebuah "simbiosis mutualisme" (Kerjasama yang saling menguntungkan).

Lalu apakah cukup dengan itu ?, ternyata bila kita baca dan dalami kisah tersebut, ada norma, nilai dan prinsip sebagai hal utama yang dipegang kukuh oleh seorang Santoso yang kemudian menjadi komitmen dirinya melebur menjadi strategi dalam menjalankan usahanya, yaitu : konsistensi, komitmen, rasa bersyukur, kejelian melihat peluang, keinginan untuk maju dan berkembang, serta dukungan penuh keluarga.

Tanpa nilai dan prinsip yang dipegang ini, rasanya sebanyak apapun bantuan, selunak apapun pinjaman, dan bagaimanapun bentuk dukungan dari pihak eksternal sebuah usaha tidaklah akan berlangsung lama, akan mati suri, dan bahkan akan mati sebelum berkembang.

Kisah Santoso ini kiranya bisa memotivasi kita bersama semua pihak (UKM, Perbankan, Pemangku Kebijakan) untuk dapat saling bersinergi serta berkolaborasi dalam menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan dan mensejahterakan, menempatkan sektor Usaha Kecil Menengah sebagai urat nadi perekonomian rakyat, membawa masyarakat mandiri menikmati gurihnya kehidupan dari hasil jerih lelahnya, segurih ceker Krispi pak Santoso.

(Pranata Humas Setda Nunukan

Redemptus Darus Triusada, S.IP)

Teks/Foto : Tim Publikasi Prokopim Setda

Teks/Foto : Redemptus Darus Triusada, SIP (Tim Publikasi SEKRETARIAT DAERAH )

Editor : MULIYANTI