SIMP4TIK NEWS - Pemerintah menargetkan angka prevalensi stunting turun dari posisi 27 persen pada 2019 menjadi 18,4 persen pada 2022. Hal ini menjadi fokus utama Dinkes P2KB, sehingga pada tahun 2022 telah berhasil mencapai target yaitu angka prevalensi stunting 16,8 persen lebih rendah dari target 2022. Pendataan stunting  berdasarkan data dari e-PPBGM yaitu sistem aplikasi online pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat.

“Kami tetap menjalankan program yang sudah berjalan di tahun 2022 seperti memaksimalkan capaian program untuk indikator antara yaitu meningkatkan capaian remaja putri mengkonsumsi tablet Fe, Capaian Pelayanan Ibu Hamil, Nifas, Capaian Vaksinasi, Pemberian Makanan Tambahan, disamping itu juga mempertahankan lingkungan tetap pada PPKM level 1,” jelas Kepala Bidang Kesmas, Sabaruddin, S.KM., M.Kes,

Tak puas sampai disini, untuk tahun 2023 ini Dinkes P2KB akan memaksimalkan kerja dari  tim pendamping keluarga, yang mana sasarannya adalah keluarga beresiko stunting. Selain itu Dinkes P2KB membuat inovasi sistem informasi yang mempercepat analisa masalah pada orang per orang berdasarkan pengamatan dan pengukuran di lapangan faktor apa yang bisa menyebabkan anak tersebut stunting sehingga intervensi dapat  cepat dan tepat pada individu. Seperti diketahui faktor penyebab stunting beragam . Antara lain faktor lingkungan, pengasuhan, asupan makanan, tingkat ekonomi dan lain sebagainya. Selanjutnya dalam sistem informasi ini ditambahkan intervensi yang seharusnya dilaksanakan dan siapa penanggungjawab dalam pelaksanaan intervensi tersebut.

Apabila  semua kasus yang ditemukan masuk dalam sistem informasi ini dan berjalan dengan baik maka kasus stunting dapat diubah menjadi tidak stunting dengan pedoman intervensi yang sudah dikumpulkan.

Strategi selanjutnya  yaitu Ayah Bunda Asuh Anak Stunting ini merupakan kegiatan yang concern pada pemenuhan asupan gizi yang adekuat pada anak yang berpotensi stunting yang berasal dari Ibu yang memiliki riwayat kehamilan dengan KEK (Kekurangan Energi Kronis), BBLR ( Bayi Berat Lahir Rendah) termasuk premature, Bayi dan Balita dengan Gizi Kurang maupun Gizi Buruk.  Selain itu Dinkes P2KB akan menggandeng penanggung jawab intervensi stunting dengan perusahaan-perusahaan melalui donasi dan bekerjasama dengan swasta.

Sabaruddin menjelaskan Tim Percepatan Penurunan Stunting yang sebelumnya hanya di Tingkat Kabupaten sekarang sudah meluas keberadaannya secara kelembagaan di tingkat kecamatan dan juga desa ini juga akan meningkatkan percepatan penurunan stunting.

Harapan Dinkes P2KB melalui Kepala Bidang Kesmas, angka prevalensi stunting dapat turun  hingga kurang dari 14 persen pada tahun 2023 ini. Dinkes P2KB tetap bersinergi dan berkomitmen dalam penurunan angka stunting yang mana ini merupakan program prioritas pembangunan manusia Indonesia.

Teks/Foto : Feri Styaningsih, S.KM (Tim Publikasi DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN PENDUDUK & KELUARGA BERENCANA )

Editor : Asa Zumara, SS