SIMP4TIK NEWS-  Dalam upaya penurunan Kasus Stunting di Kabupaten Nunukan, Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) aktif melanjutkan kegiatan yang menjadi tupoksinya. Kali ini TPPS menggelar kegiatan Diseminasi Audit Kasus Stunting.

Diseminasi Audit Kasus Stunting merupakan salah satu kegiatan TPPS yang bertujuan untuk mendiseminasikan atau menyebarluaskan informasi penyebab terjadinya stunting sesuai hasil audit kasus yg telah di laksanakan oleh tim audit kasus stunting yaitu tim teknis AKS dan tim pakar pada sasaran Catin, Ibu Hamil, ibu bersalin/nifas dan Baduta.

Koordinator Tim Audit Kasus Stunting dr Eiyta Ardinasari,  SP.GK memaparkan hasil audit pada 47 kasus stunting yang terdiri dari 5 catin, 16 bumil,  17 balita dan 9 ibu nifas. Kasus tersebut merupakan kasus yang dipilih berdasarkan Lokus pelaksanaan audit Kasus adalah Kecamatan Nunukan, Kecamatan Nunukan Selatan dan Kecamatan Lumbis.

Hasil audit kasus stunting diperoleh sebagai berikut lima Catin yang di audit pola konsumsi gizi tidak seimbang dan terpapar asap rokok.

Dari total audit enam belas ibu hamil, sebelas di antaranya memiliki resiko empat terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu rapat) dan sepuluh ibu hamil tidak mengkonsumi TTD, sembilan ibu hamil mengalami KEK, empat belas ibu hamil terpapar asap rokok, delapan ibu hamil dengan kondisi status ekonomi dan pendidikan rendah serta lima ibu hamil tidak memiliki akses jamban sehat.

Total audit tujuh belas balita, dua belas kasus tidak rutin ke posyandu dan imunisasi rutin dan sepuluh balita tidak mendapatkan MP ASI yg adekuat

Dari 47 kasus audit, 55 % memiliki pemahaman tentang posyandu dan pemahaman tentang gizi masih rendah.

Menurut Ulyana, Amd.Keb, pelaksana Dalduk dan KB, rekomendasi yang di sarankan oleh tim pakar terdiri dari rekomendasi spesifik dan rekomendasi sensitif.

Rekomendasi spesifik antara lain penguatan skrining dan konseling gizi bagi catin, pendampingan dan konseling bahaya rokok kepada keluarga, penyuluhan dan konseling kb di tingkatkan dan pendampingan dan fasilitasi ibu bersalin utk mendapatkan kb pasca bersalin, penyuluhan dan konseling gizi dan MP ASI perlu di tingkatkan, pemenuhan gizi balita stunting melalui rujukan gizi berjenjang ,tatalaksana kasus sesuai diganosa yang tepat, penerapan asuhan nutrisi pediatrik ( ANP),identifikasi dan tatalaksana penyakit penyerta pendampingan fasilitasi keluarga balita yg tdk rutin posyandu dan imunisasi, peningkatan kualitas konseling tentang konsumsi ttd dan gizi bumil pada saat ibu hamil ANC (Ante Natal Care)

Sedangkan rekomendasi spesifik yang dianjurkan antara lain advokasi penerapan kebijakan tentang rokok, peningkatan kapasitas petugas kader pendamping tentang KIE dan KAP, sosialisasi dan kampanye tentang gizi dan stunting di tingkatkan, penguatan pokjanal posyandu untuk mendukung posyandu aktif,advokasi penguatan kebijakan tentang skrining dan pelayanan Kesehtan reproduksi calon pengantin, advokasi peningkatan fasilitasi bantuan sosial tunai dan non tunai untuk sasaran beresiko stunting kurang mampu, komitmen bersama multipihak dan multisektor tentang pencegahan stunting sejak remaja ,catin dan 1000 HPK.

 

Teks/Foto : Feri Styaningsih, S.KM (Tim Publikasi DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN PENDUDUK & KELUARGA BERENCANA )

Editor : Hermi Mastura, S,I.Kom