Nunukan, SIMP4TIK - Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan DKUKMPP Kabupaten Nunukan, R. Dior Frames S. S. Ip,. MA., mengatakan akan membuka pasar murah untuk membantu pelaku UKM khususnya kuliner.

"Untuk pelaku UKM, khususnya yang bergerak di bidang kuliner, kami juga sudah menerima informasi untuk wilayah kota Nunukan, apakah juga boleh mereka menerima kegiatan ini. Kami akan coba atur mungkin kegiatannya untuk pelaku UKM yang berada di kota Nunukan kita akan coba buka di pasar Tani pada hari Minggu," ucap, Dior Rabu (28/2/2024).

Sementara masih menyesuaikan jadwal yang masih berjalan di tiga titik seperti di pasar malam Mambunut Kamis (29/2/2024), pasar malam Sei Fatimah Jumat (1/3/2024) dan terakhir di pasar malam Binusan Sabtu (2/3/2024).

"Untuk di Nunukan sementara jadwal kita saat ini memang jauh dari pelaku UKM khususnya kuliner. Kami masih menyiapkan jadwal dan menyesuaikan nanti seperti apa kondisinya di lapangan, namun kami akan upayakan dan komunikasikan dengan bidang UKM, terkait dengan teman-teman yang mungkin kesulitan tepung dan telur ada di kita," ujarnya.

Harga kebutuhan pokok seperti beras di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, terus mengalami kenaikan sejak awal tahun 2024.

Beras dengan kualitas bagus yang awalnya Rp380 ribu rupiah kini naik menjadi Rp420 ribu rupiah per karung dengan berat 25 kilogram.

Dampak dari kenaikan harga beras ini membuat pedagang nasi campur pun harus menaikan harga jual nasi per bungkusnya.

Seperti yang dilakukan Achmad Syafii, pemilik warung makan di Jalan TVRI, Kelurahan Nunukan Timur. Kini dirinya menjual harga nasi campur yang awalnya Rp15.000, sekarang naik menjadi Rp20.000.

Namun bukanya mendapatkan hasil yang lebih baik, omset pendapatnya malah menurun karena pelanggan menjadi berkurang, omset yang biasanya Rp2.000.000 perhari, kini hanya mampu di kisaran Rp1.800.000 per hari.

 “Pendapatan agak berkurang pengunjung juga berkurang, sebelumnya Alhamdulillah masih lumayan. Namun sejak harga beras naik, yang biasanya Rp380.000 sekarang Rp400.000 lebih, yang 25 Kg,” ungkap Achmad Syafii.

Pedagang sendiri tidak berani mengganti merek beras yang mereka gunakan khawatir akan mengurangi cita rasa. Kini hanya berharap kepada pemerintah untuk bisa mengendalikan harga di pasaran, agar normal kembali.

Teks/Foto : BD Novelinna (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )

Editor : Asa Zumara, SS