DPRD, SIMP4TIKNEWS - Di tengah kondisi yang memprihatinkan, Desa Wakyagung di Kecamatan Krayan Timur, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, terus berjibaku dengan keterisolasian.
Selama bertahun-tahun, akses menuju desa ini hanya mengandalkan jembatan gantung yang kini hampir runtuh.
Jembatan ini menjadi satu-satunya akses keluar bagi masyarakat setempat, yang kini berharap akan ada perhatian serius dari pemerintah.
Anggota DPRD Kabupaten Nunukan, Riyan Antoni yang belum lama ini meninjau langsung kondisi jembatan tersebut saat melaksanakan reses.
Dia menyampaikan keprihatinannya tentang situasi yang sudah berlangsung selama belasan tahun itu.
“Jembatan ini sudah diusulkan sejak bertahun-tahun lalu, namun hingga kini belum ada realisasi,” ujar Riyan, di konfirmasi Senin (6/1/25) diruang kerjanya Kantor DPRD Nunukan.
Ia menjelaskan Jembatan yang menghubungkan Desa Wakyagung dengan Desa Bungayan dan dua desa lainnya ini bukan sekadar infrastruktur biasa, melainkan nyawa bagi warga setempat.
Selama bertahun-tahun, meski kondisi jembatan yang semakin buruk, warga setempat terus melakukan perbaikan secara swadaya.
“ Jembatan ini menjadi sangat vital, mengingat satu-satunya akses yang ada hanya melalui jalur, ini adalah akses utama ke ibu kota kecamatan, Longgumung, dan bagi masyarakat Wakyagung, ini adalah jembatan hidup mati,” ungkap Riyan.
Namun, lanjut Ketua Fraksi Karya Kebangkitan Nasional (KKN) DPRD Nunukan ini, kondisi jalan yang ada tidak jauh lebih baik. Jalan menuju Desa Wakyagung hanya separuh jadi, dengan sebagian besar terbuat dari tanah dan sangat sempit. Tak jarang, pengendara motor jatuh ke jurang akibat buruknya kondisi jalan.
“Selama tiga tahun terakhir, ada empat orang yang jatuh bersama motornya, Jalan yang buruk ditambah dengan jembatan yang hampir rubuh memperburuk akses keluar-masuk desa,” ujar Riyan.
Dampak Terbatasnya Infrastruktur Bagi Warga
Keterbatasan infrastruktur tersebut berdampak langsung pada berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah kesulitan dalam mendapatkan pelayanan medis.
“Jika ada yang sakit, mereka harus ditandu seharian penuh, dari pagi hingga sore,” kata Riyan, menggambarkan betapa beratnya perjuangan warga untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Ditambah lagi warga harus menempuh perjalanan panjang selama hampir 12 jam hanya untuk sampai ke kota kecamatan.
Di sisi lain, akses terhadap listrik pun menjadi masalah besar. Meskipun ada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), namun kondisinya sudah tidak memadai.
“Listrik di sana sering mati. PLTA yang ada hanya bisa menghasilkan listrik yang redup, bahkan untuk menyalakan lampu saja sulit,” ungkap Riyan. Warga setempat hanya mengandalkan penerangan seadanya, dan sebagian besar rumah hanya bisa mengandalkan cahaya dari lampu minyak.
Perekonomian desa juga terhambat oleh kesulitan distribusi barang, harga semen di sana pernah mencapai 750 ribu per sak karena sulitnya akses. Bahkan hasil panen seperti buah dan padi tidak bisa dibawa ke kota.
Begitu juga Transportasi barang di desa ini sangat bergantung pada kerbau, dan harga barang yang tinggi membuat warga kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Jembatan Wakyagung Butuh Perhatian Serius
Tantangan yang dihadapi masyarakat Wakyagung kata Riyan, semakin berat, terlebih dengan ancaman banjir besar yang dapat merusak jembatan gantung kapan saja. Jika banjir datang, jembatan tersebut akan rusak parah.
“ Saya harap pemerintah bisa segera menangani masalah ini, pembangunan jembatan permanen sangat dibutuhkan, agar kendaraan bisa melintas dengan aman dan memperlancar distribusi barang serta akses medis.” ungkap Riyan
Riyan, yang juga berasal dari Desa Wakyagung, merasa sangat miris dengan kondisi ini. Setiap tahun Infrasturktur Jembatan tersebut diusulkan melalui Musrenbang namun tidak pernah ada realisasi, padahal sarana dan prasarana ini menjadi isu yang terus diangkat selama lebih dari 20 tahun, namun belum ada tanda-tanda perubahan yang signifikan.
Selain itu, meski pemerintah daerah setempat telah menganggarkan dana untuk pembangunan jembatan, anggaran tersebut masih terkendala.
Menurut Riyan, Jika anggaran baru disetujui tahun ini, kemungkinan besar pelaksanaannya baru bisa dilakukan pada pertengahan tahun. Namun, jika jembatan putus dalam sebulan, maka desa ini akan terisolasi.
Tidak hanya soal infrastruktur, masalah di Wakyagung juga menyangkut hak dasar warga negara. Hal Ini bukan masalah ekonomi semata, namun tentang hak warga negara yang layak mendapatkan perlakuan yang sama.
Ia mengatakan, jika infrastruktur dibangun dengan layak, desa ini dapat berkembang. Jika jalan dan jembatan dibangun dengan baik, masyarakat yang terjepit di kota kecamatan dapat kembali ke desa dengan akses yang layak untuk hidup yang lebih baik.
Di tengah ketidakpastian itu, Riyan berharap pemerintah dapat segera mengambil kebijakan serius menanggapi keterbatasan infrastruktur di desa tersebut.
Jembatan yang hampir runtuh itu, kini membutuhkan perhatian lebih, agar warga yang terisolasi bisa merasakan kehidupan yang lebih baik dan setara dengan warga lainnya yang sudah menikmati Pembangunan yang ada.***
Teks/Foto : Taufik, S.KSi, M.IKom (Tim Publikasi SEKRETARIAT DPRD )
Editor : Taufik, S.KSi, M.IKom