Tarakan, SIMP4TIK – Kabupaten Nunukan mengalami deflasi sebesar 0,93 persen secara bulanan (month to month/m-to-m) dan deflasi sebesar 0,93 persen secara tahunan (year to date/y-to-d) pada Januari 2025.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Utara, Hasiando Ginsar Manik, menyebut deflasi ini juga terjadi di Kota Tarakan dan Tanjung Selor. Secara keseluruhan, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kalimantan Utara tercatat mengalami deflasi sebesar -1,35 persen (m-to-m) atau -0,12 persen (year on year/yoy) pada Januari 2025.
Menurut Hasiando, penyebab utama deflasi adalah penurunan harga bawang merah, tahu, dan tempe, serta kebijakan diskon tarif listrik.
“Penyumbang utama deflasi Januari 2025 adalah kebijakan diskon tarif listrik 50 persen bagi pelanggan PLN hingga 2.200 VA. Selain itu, penurunan harga bawang merah terjadi seiring masuknya musim panen, sementara harga tahu dan tempe turun akibat penurunan harga kedelai kering. Normalisasi harga angkutan udara pasca-Hari Besar Keagamaan Nasional (Nataru) juga turut berkontribusi,” jelas Hasiando dalam Pertemuan Media dan Wartawan se-Kalimantan Utara, Selasa (11/2/2025).
Berdasarkan data BPS Februari 2025, tarif listrik mengalami deflasi sebesar -40,37 persen (m-to-m) atau berkontribusi -1,98 persen terhadap deflasi. Sementara itu, bawang merah mencatatkan deflasi -3,96 persen (m-to-m) atau -0,03 persen, tahu mentah -6,40 persen (m-to-m) atau -0,02 persen, tempe -5,42 persen (m-to-m) atau -0,02 persen, dan angkutan udara -1,45 persen (m-to-m) atau -0,02 persen.
Di sisi lain, inflasi IHK Kalimantan Utara pada Januari 2025 tercatat sebesar -1,35 persen (m-to-m) dengan rincian: Kota Tarakan -1,52 persen, Tanjung Selor -1,58 persen, dan Kabupaten Nunukan -0,93 persen.
Meski mengalami deflasi, Hasiando menegaskan bahwa inflasi Kalimantan Utara masih terkendali, meskipun terdapat risiko tekanan inflasi global akibat kebijakan proteksionisme AS yang mengganggu pasokan komoditas global. Selain itu, dari dalam negeri, risiko inflasi masih datang dari pasokan komoditas seperti cabai dan bawang merah, serta kenaikan tarif angkutan udara.
“Komoditas penyumbang inflasi di tiga kota IHK Kalimantan Utara antara lain cabai rawit 26,15 persen (m-to-m) atau berkontribusi 0,21 persen, tomat 40,25 persen (m-to-m) atau 0,18 persen, daging ayam ras 4,30 persen (m-to-m) atau 0,08 persen, bahan bakar rumah tangga 2,12 persen (m-to-m) atau 0,04 persen, dan telur ayam ras 3,00 persen (m-to-m) atau 0,03 persen,” paparnya.
Untuk menjaga stabilitas harga, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalimantan Utara menerapkan strategi pengendalian inflasi melalui Framework 4K, yakni: Keterjangkauan Harga, dengan mengadakan 220 pasar murah di Kalimantan Utara, termasuk di perbatasan, melalui kerja sama Bank Indonesia dan pemerintah daerah. Kedua, Ketersediaan Pasokan, melalui penerapan Good Agriculture Practices (GAP) dengan sistem irigasi tetes untuk cabai merah, bantuan sarana pendukung peningkatan produktivitas, serta pemanfaatan teknologi digital farming berbasis Internet of Things (IoT).
Ketiga, Kelancaran Distribusi, dengan program fasilitasi distribusi pangan ke daerah tertinggal, terdepan, dan terluar sepanjang tahun 2024. Keempat, Komunikasi Efektif, melalui koordinasi kelembagaan seperti High-Level Meeting TPID, peningkatan kapasitas TPID, lomba kreasi pangan lokal, serta kampanye informasi harga dan sidak pasar.
“Kelancaran distribusi komoditas inti didukung oleh cuaca yang lebih kondusif, pengembangan pertanian lokal, serta kebijakan stabilisasi harga yang diterapkan TPID melalui Framework 4K,” tutup Hasiando.
Foto : Humas KBIP Kaltara
Teks/Foto : BD Novelinna (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )
Editor : Asa Zumara, SS, M.IKom