Nunukan, SIMP4TIK - Lembaga Percepatan Pembangunan dan Perluasan Perbatasan Krayan (LP4K), Kabupaten Nunukan menyebut nama Kopi Krayan dipilih langsung oleh Presiden Jokowi.

Hal itu disampaikan oleh Ketua LP4K Kabupaten Nunukan, Serfianus saat melaunching Kopi Krayan di Cafe Titik Tenang, Senin (27/05/2024).

"Salah satu keistimewaan Kopi Krayan ini namanya diberi langsung oleh Presiden Jokowi saat berkunjung ke Krayan Desember 2019. Waktu itu kami sodorkan beberapa nama tapi bapak Presiden Jokowi yang memilih nama Kopi Krayan," kata Serfianus.

Serfianus mengatakan Kopi Krayan jenis Arabica itu mulai dicanangkan sejak 2017 dan tepat 25 Mei diperingati sebagai hari ulang tahun Kopi Krayan.

"Jenis kopi kita Arabica yang dibudidayakan di dataran tinggi Krayan. Krayan ini ketinggian datarannya 1.000 meter di atas permukaan air laut," ucapnya.

Lebih lanjut Serfianus katakan bahwa Kopi Krayan dibudidayakan secara tradisional oleh masyarakat di Krayan.

Sekretaris Kabupaten Nunukan itu berharap Kopi Krayan digandrungi masyarakat Kabupaten Nunukan.

"Produksi Kopi Krayan tanpa gunakan pupuk kimia jadi betul-betul organik. Kopi ini semakin dingin disajikan semakin nikmat rasanya. Semoga Kopi Krayan menjadi salah satu produk unggulan di Kabupaten Nunukan," ujar Serfianus.

Kopi Krayan Diversifikasi Hasil Pertanian
Sekretaris LP4K Kabupaten Nunukan, Helmi Pudaaslikar menuturkan bahwa produksi Kopi Krayan dilakukan untuk mendiversifikasi hasil pertanian di dataran tinggi Krayan.

Sebagaimana diketahui komoditas utama masyarakat Krayan adalah Beras Adan. Helmi berhitung panen terakhir Beras Adan pada bulan Maret, sementara itu tiga bulan pasca panen ketersediaan beras di Krayan sudah habis terjual ke Malaysia.

"Kalau untuk kebutuhan di Krayan itu surplus, Tapi kalau mau dijual ke Malaysia terbatas. Artinya tiga bulan setelah Maret itu adalah bulan Juni, Masih ada enam bulan sampai Desember untuk memulai siklus panen baru. Ada kekosongan enam bulan masyarakat tidak jual apa-apa. Sehingga tidak ada penghasilan," tuturnya.

Akhirnya muncul gagasan diversifikasi yang mana warga didorong untuk bisa memiliki produk lain yang memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat.

"Sehingga kami dorong komoditas kopi. Karena kopi bisa ditanam di sekitar sawah tanah kering. Produksi Kopi Krayan juga tidak menyita waktu warga turun ke sawah. Sejak 2017 banyak desa ikut tanam kopi," ungkap Helmi.

Helmi menyebut dari segi produksi Kopi Krayan belum banyak, namun geliat perkebunan kopi di desa berlangsung sampai saat ini.

"Ada yang baru nanam kopi, ada yang sedang merawat dan ada yang sudah mulai berbuah. Tapi belum semua kopi yang ditanam di Krayan mencapai masa panen puncak. Jadi hasil panen belum banyak tersedia di pasaran," imbuhnya.

Teks/Foto : Soni Irnada (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )

Editor : Hermi Mastura, S,I.Kom