Peran humas dalam sebuah organisasi sangatlah penting. Dalam riset tentang kegiatan kehumasan, ada dua peran besar yang secara konsisten muncul yaitu peran sebagai teknisi dan manajemen. Peran sebagai teknisi mewakili seni dari humas seperti menulis berita, mengedit, mengambil foto, menangani produksi komunikasi, membuat event khusus, dan melakukan kontak dengan rekan media.

Peran sebagai manajer berfokus pada kegiatan yang membantu organisasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah terkait hubungan masyarakat. Manajer humas melaksanakan tiga peran. Yang pertama sebagai pemberi penjelasan, yaitu orang yang bekerja sebagai konsultan untuk mendefinisikan masalah, menyarankan pilihan, dan memantau implementasi kebijakan. Peran kedua sebagai fasilitator komunikasi, yaitu orang yang berada pada batas antara organisasi dengan lingkungannya yang menjaga agar komunikasi dua arah tetap berlangsung. Dan peran ketiga sebagai fasilitator pemecahan masalah, yaitu orang yang bermitra dengan manajer senior untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah (Lattimore, 2010).

Melihat pembagian peran humas yang diuraikan di atas, tentunya dibutuhkan sumberdaya manusia yang tidak sedikit. Siapa yang berperan sebagai tenaga teknis dan manajer haruslah benar-benar dipetakan dengan baik agar tujuan dari sebuah organisasi kehumasan dapat tercapai. Dalam bekerja di sebuah tim, tentunya dibutuhkan beberapa trik dan tips agar pelayanan di bidang kehumasan berjalan dengan baik layaknya sebuah orkestra.

Dilansir dari Harvard Business Review, salah satu tips rahasia sebuah team work yang kompak adalah struktur tim yang kuat. Dengan jumlah tim yang tepat dan keahlian anggota yang beragam, tugas dan proses kerja tim dapat berjalan secara optimal. Setiap anggota tidak harus memiliki keterampilan teknis dan sosial yang mengagumkan. Tetapi tim secara keseluruhan membutuhkan kombinasi yang sehat dari keduanya.

Keragaman dalam pengetahuan, pandangan, dan perspektif, serta usia, jenis kelamin, dan ras, dapat membantu tim menjadi lebih kreatif dan menghindari pemikiran didalam kelompok.

Tips selanjutnya untuk membangun team work yang kompak adalah kohesi. Ciptakan sarana komunikasi yang memungkinkan alur kerja yang mudah, tetapkan serangkaian prioritas yang berbeda, dan buat semua anggota merasa dilibatkan. Menjaga semua orang pada pedoman yang sama memungkinkan anggota tim untuk fokus dan berkembang.

Seorang manajer kehumasan harus mampu memetakan keahlian setiap personil di dalam timnya. Apabila SDM yang tersedia hanya sedikit, semaksimal mungkin memanfaatkan kemampuan setiap personil yang turun ke lapangan. Sebagai contoh, satu orang bisa merangkap sebagai penulis berita, pengambil gambar dan pewawancara.

Disamping hal-hal yang telah diuraikan diatas, partisipasi aktif dari setiap anggota tim juga sangat penting. Serta melakukan evaluasi setiap selesai kegiatan atau dalam suatu periode tertentu sangat perlu untuk dilakukan agar tujuan dari sebuah tim kehumasan dapat selaras dan berjalan on the track.

 

Referensi:

Lattimore, 2010, Public Relations, Profesi dan Praktik, Salemba Humanika

Teori dinamika kelompok, dari berbagai sumber

Teks/Foto : Asa Zumara, SS (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )

Editor : Asa Zumara, SS