Nunukan, SIMP4TIK – Tari Meligan, menjadi pembuka pada rapat Paripurna Dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Nunukan Ke – 25 Tahun 2024, di ruang rapat Paripurna DPRD Kabupaten Nunukan, Sabtu, (12/10/2024).

Tari Meligan ini terinspirasi dari keseharian gadis Dayak Lundayeh, dalam membersihkan, gudang atau lumbung tempat penyimpanan padi dan beras. Meligan dalam bahasa dayak lundayeh, berarti bersih.

Tari Meligan, yang dibawakan oleh Sanggar Tari Sari Art Project, dengan penata tarinya seorang gadis bernama Sari, mengatakan Tari Meligan dikemas dengan gerak kreasi garapan, yang lembut, tegas, nan lincah, namun tidak meninggalkan tradisi gerak lundayeh.

“Tari Meligan ini, menceritakan bagaimana kebiasaan masyarakat suku Dayak Lundayeh, yang selalu menjaga dan melestarikan lingkungannya, bahkan mendaur ulang barang bekas menjadi bahan yang dapat di pakai,” terang Sari.

Lanjut Sari, pada jaman dulu masyarakat Suku Dayak Lundayeh mendaur ulang Tefung goni (karung goni) menjadi pakaian seperti rompi, baju dan rok yang digunakan oleh para penari perempuan, sebelumnya karung goni ini digunakan oleh masyarakat Lundayeh untuk menyimpan gabah hasil panen mereka.

Namun seiring perkembangan zaman, karung-karung goni mulai sulit didapatkan oleh masyarakat lundayeh, yang kemudian beralih menggunakan tefung buda (karung putih) sebagai tempat menyimpan gabah atau padi hasil panen mereka.

Sementara, karung-karung goni yang masih ada pada mereka, di daur ulang atau digunakan kembali dengan dimodifikasi menjadi pakaian yang biasa diguanakan para penari.

“Terciptanya Tari Meligan, tersinspirasi dari cerita tokoh-tokoh masyarakat Lundayeh yang ditemuinya, pemilihan judulnya menjadi Meligan yang bermakna bersih, karena selain masyarakat yang selalu menjaga lumbungnya tetap bersih, dan karung goni yang sudah tidak digunakan untuk tempat penyimpanan gabah padi, didaur ulang menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat,” ujarnya.

Menurut Sari, tarian ini baru pertama kali di tampilkan di Nunukan, namun sudah pernah ditapilkan di Konsulat RI di Tawau, pada saat mengikuti malam ramah tamah festival internasional.

“Karena konsulat senang dengan tarian ini, kami kembali diminta tampil pada saat makan siang, keesokan harinya masih dalam festival internasional,” ungkapnya.

Sari, mengaku sejak berdirinya sanggar tarinya tahun 2023, sudah ada 2 tari kreasi dayak yang berhasil ia diciptakannya, alasannya menciptakan tarian dengan inspirasi cerita dayak karena menurutnya di Nunukan masih kurang tari yang mengangkat cerita-cerita masyarakat Dayak, sehingga ini menjadi tantangan tersendiri baginya, untuk berbeda dari sanggar tari yang lainnya.

“Sudah ada 2 tari kreasi dengan mengangkat cerita masyarakat dayak seperti Lundayeh yaitu tari Meligan ada Tari Burung Enggang," imbuhnya.(*)

Teks/Foto : BD Novelinna (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )

Editor : Hermi Mastura, S,I.Kom