DPRD, SIMPATIK – Sebanyak 397 Pekerja Migran Indonesia dideportasi dari Kota Kinabalu, Malaysia, melalui Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan, banyak dari mereka tiba dengan kondisi kesehatan memprihatinkan, terutama penyakit kulit dan infeksi. Deportasi ini kembali mengungkap kerasnya perlakuan terhadap PMI di negeri jiran.
BP3MI mencatat sebagian besar deportan berasal dari Sulawesi Selatan, mereka masuk ke Malaysia tanpa dokumen dan ditahan di fasilitas penampungan sebelum dipulangkan, kondisi di tempat tahanan disebut tidak layak dan minim perhatian kesehatan.
Sekretaris Komisi I DPRD Nunukan, Muhammad Mansur, menyampaikan kekesalan terhadap kondisi tersebut.
“Perlakuan sudah tidak manusiawi, banyak deportan dibiarkan berpenyakit saat pulang,” ucap Mansur pada Kamis (4/12/25), saat menyambut kedatangan Deportan di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan.
Mansur menyebut perbedaan pelayanan antara Indonesia dan Malaysia sangat terlihat, Menurutnya, petugas Malaysia kerap memperlakukan WNI secara kasar, sementara Indonesia tetap melayani warga Malaysia yang melanggar aturan dengan baik, hal ini menurutnya memunculkan ketidakadilan.
Anggota DPRD Nunukan ini, menegaskan bahwa pekerja migran tetap memiliki hak untuk diperlakukan secara layak.
“Harusnya mereka pikir bagaimana memanusiakan para pekerja yang ditahan dan perusahaan dan pihak yang memperkerjakan PMI ilegal seharusnya ikut diperiksa,” ungkapnya.
Ia menambahkan petugas Diraja Malaysia seharusnya tidak hanya fokus menangkap PMI tanpa dokumen, perusahaan TKI di Malaysia yang mempekerjakan pekerja ilegal ikut berkontribusi pada masalah ini, hal ini membuat PMI berada dalam posisi lemah dan rentan.
Melihat banyak deportan sakit, Mansur meminta pemerintah Malaysia memastikan pemeriksaan kesehatan di rumah merah dilakukan dengan benar.
Ia menyebut perlu dokter yang rutin memeriksa kondisi para PMI selama masa penahanan, untuk mencegah penularan penyakit saat tiba di Nunukan.
“Jangan sampai mereka tiba di sini membawa penyakit yang bisa menyebar,” ujarnya.
Ia mengaku sedih melihat banyak anak-anak PMI yang datang dalam keadaan tubuh bengkak dan gatal di berbagai bagian, kondisi itu tampak seperti infeksi yang dibiarkan tanpa perawatan.
Kedatangan ratusan deportan ini juga menjadi perhatian petugas kesehatan di Nunukan, mereka langsung melakukan pemeriksaan awal untuk mencegah penyebaran penyakit kulit yang cukup parah. Pemeriksaan ini dilakukan secara cepat saat para deportan turun dari kapal.
Mansur berharap pemerintah Indonesia melalui Konsulat RI di Malaysia lebih aktif mengawasi tempat penampungan, Ia meminta kunjungan tidak hanya dilakukan ke wilayah perbatasan, tetapi juga ke fasilitas tahanan untuk memastikan kondisi WNI yang ditahan sebelum dideportasi.***
Teks/Foto : Taufik, S.KSi, M.IKom (Tim Publikasi SEKRETARIAT DPRD )
Editor : Taufik, S.KSi, M.IKom