SIMP4TIK News - Terkait minimnya sumber air bersih yang sering terjadi di wilayah Kabupaten Nunukan. Cuaca ekstrim yang melanda Nunukan belakangan ini berdampak pada sejumlah aspek. Seperti, kekeringan memicu potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan lainnya. Kondisi kemarau yang berkepanjangan menimbulkan sumber air yang berada di sejumlah titik di Pulau Nunukan mengalami pengurangan debit air yang sangat signifikan. Apalagi, embung yang dulunya berasal dari tampungan sumber mata air kini hanya menjadi embung tadah hujan. Rabu, (31/5).

Wakil Bupati Nunukan H. Hanafiah saat di mintai keterangan menjelaskan "memang kita sadar bahwa saat ini kawasan embung sungai bolong itu sebagai bahan baku PDAM kita yang ketergantungannya terhadap curah hujan memang sangat tinggi. Yang dulunya hutan masih bagus dan asri dan sumber airnya masih ada, berbeda dengan seperti yang kita lihat sekarang sumber mata air hulu sungai bolong itu hampir - hampir tidak ada, artinya embung yang ada di Pongtiku itu sekarang cuma mengandalkan curah hujan jadi jika sudah tidak hujan setengah bulan atau sebulan maka terjadilah pengurangan debit air yang ada di embung Pongtiku yang ada di kampung tator," ungkap Hanafiah.

Lanjut, ini nanti yang akan kita cari solusi yang permanen, kita berencana di tahun ini juga sudah menyiapkan dana untuk melakukan penilaian atau membentuk tim untuk menilai lahan - lahan yang terdampak yang rencananya akan dibangun embung yang tepatnya di gang limau. Perkiraan lahan yang kita butuhkan mungkin sekitar 40 hektar dan masyarakatnya sudah kita data dan inventarisasi masyarakat yang terdampak itu siapa saja, mungkin sekitar 39 orang datanya kemarin. "Nah ini kita berusaha bagaimana embung yang di gang limau ini bisa kita bangun karena memang debit airnya cukup besar kalau tidak salah informasi dari direktur PDAM kurang lebih sekitar 40 liter per detik bahkan bisa lebih dari itu jika musim - musim tertentu," tambahnya.

Kemudian Wabup juga menambahkan, bahkan kemarin berdasarkan tinjauan kita ke lapangan bersama dengan tim balai besar dari provinsi itu bukan skala embung bahkan bisa skala bendungan, kalau bendungan itu kan bisa 500 kubik ke ataskan. "Kita berharap ini bisa di seriusi dan kita juga berharap dari balai besar provinsi bisa mendukung upaya kita ini sehingga krisis air bersih di wilayah kita Kabupaten Nunukan 20 atau 30 tahun kedepan bisa kita atasi,"  imbuh H. Hanafiah di Ruang rapat paripurna DPRD Nunukan.(*)

Teks/Foto : Soni Irnada (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )

Editor : Hermi Mastura, S,I.Kom