SIMP4TIK News -- Desember tahun 2003 kita diterima sebagai aparatur Pemerintahan di Nunukan. Saya ditempatkan di Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya. Sedangkan dirimu ditempatkan di Bagian Umum Setda. Saat itu kita tentu sangat bergembira bisa masuk di lingkungan Pemerintahan hanya dengan mengikuti test, tidak dengan cara yang lain.
Belum kita melaksanakan tugas, kita mulai mendapatkan tantangan. Kelulusan angkatan tahun 2003 disoal. Demonstrasi ke gedung yang terhormat pun terjadi. Mereka meminta hasil ujian dibatalkan. Saya hadir di tengah mereka saat demonstrasi.
Saat itu saya masih sebagai jurnalis. Saya tahu isu yang mereka sampaikan. Saya pikir jika tidak ada demo tandingan posisi kita berbahaya. Rekomendasi yg terhormat bisa meluncur ke Bupati. Pengumuman hasil test angkatan kita bisa dibatalkan.
Meskipun diangkatan kita ada sekitar 200 orang. Namun tidak banyak yang punya waktu untuk bergabung. Yah, tidak sampai 10 orang, tapi kita mampu meyakinkan yang terhormat bahwa apa yang dituduhkan pendemo sebelumnya tidak benar. Hasilnya, SK CPNSD akhirnya tiba digenggaman.
Kawan-kawan yang berlatar belakang honorer sudah melaksanakan tugas sejak 2 Januari 2004. Sedangkan kita yang berlatar belakang pendaftar umum ber TMT 1 April 2004. Sejak saat itu kita sudah larut dengan pekerjaan masing-masing.
Saat kita akan diangkat menjadi PNS kembali kita diuji. Kita disuruh melakukan pemeriksaan kesehatan di Tarakan. Padahal sudah dilakukan di Samarinda saat LPJ. Hasil dari Samarinda ini tidak diakui, padahal juga atas perintah pejabat terkait.
Beberapa kawan patuh, mereka ke Tarakan dengan biaya sendiri. Sebagian besar kawan kita menunggu gerakan kita. Alhasil kita – hanya beberapa orang – tim yang sebelumnya menjadi tim demo awal di terima CPNSD, bisa yakinkan pejabat terkait setelah lobby yang cukup alot penjang dan menagangkan. Hasil pemeriksaan kesehatan di Samarinda akhirnya diterima.
Pebruari 2005 saat hebohnya hubungan Indonesia – Malaysia soal Karang Unarang, kita akhirnya bisa dalam satu naungan. Saat itu saya dimutasi ke Bagian Umum Sub Bagian Humas dan Protokol. Di tempat inilah kita selalu bersama.
Apalagi saat itu tamu2 dari pusat datang silih berganti. Kita bekerja seolah tanpa lelah. Apalagi bos kita saat itu tergolong ‘work cholik” atau gila kerja’. Kita sering bahkan selalu bekerja hingga dinihari. Kitapun menikmati suasana dan jam kerja aneh seperti itu.
Tak lama bertugas kita dapat amanah. Saya di Plt-kan jadi Kasubbag Humas dan Protokol. Engkau di Plt jadi Kasubbag Rumah Tangga. Kita bekerja saling bantu bahkan sering bertukar peran bila ada Salah Satu yg sedang dinas luar. Hingga suatu masa, engkau dipromosi menjadi Kepala Seksi di Dinas Kebersihan esselon 4b. Kitapun berpisah. Tak lama setelah itu, engkau ikut PIM IV. Saat OL ke Sragen, saya juga ikut. Tapi bukan peserta. Saya sebagai peliput kegiatan. Oww kodong.
Saat dirimu naik pangkat ke 3b, engkau ke Humas menggodaku. Engkau tunjukkan identitas kepegawaianmu. Saat itu, engkau berbisik, tentang pangkat kita yang beda sambil tersenyum. Saya pun membalasnya. “Mesin honda lambat panasnya, beda mesin Yamaha. Honda semakin panas semakin kencang. Tunggu pembalasan si pitung,” kelakarku saat itu, langsung kita ber hahaha lepas tanpa beban.
Begitulah seuntai kisah diawal perjalanan kita menjadi aparatur. Kita boleh start Bersama. Tape bisa saja dalam perjalanan bisa berbeda. Lepas Dari Humas saya promosi ke Diklat sebagai Kabid. Tidak lama setelah itu engkau diangkat jadi lurah. Belum setahun bertugas, engkau dikembalikan ke Bagian Umum Setda sebagai Kasubbag Umum. Pada jabatan inilah pengabdianmu cukup panjang. Padahal saat itu saya sdh promosi menjadi Kabag Humas di Setwan.
Tahun 2017 akhirx engkau dapatkan promosi sebagai Kabid Diklat. Jabatan yg jg pernah saya Jabat tujuh tahun sebelumnya. Saat itu saya mutasi ke Setda sebagai Kabag Organisasi. Setelah dua tahun berlalu, akhir Nopember 2019 kita Kembali dalam Satu naungan.
Saya dapat promosi menjadi Kepala Perangkat Daerah di tempatmu bertugas. Kita Kembali bersama dan bernostalgia. Suasana selalu kita upayakan seringan mungkin. Meski beda tanggung jawab, sapaanmu dan sapaanku tetap dalam kekitaan, kanda dan adinda. Saya kanda dan engkau adalah adinda.
Sekitar pertengahan Desember 2019 engkau minta izin check up ke Makassar. Saat itu engkau merasakan ada kelainan pada pencernaanmu. Ternyata kepergianmu Ke Makassar perlu waktu setahun. Dirimu harus rutin melakukan kemotraphi karena kangker usus. Selain itu selama tahun 2020 aktivitas masyakaraakat dibatasj, covid-19 mewabah. Selama proses kemotraphi kita saling kabar lewat telpon dan media social. Engkau memberi kabar, kondisimu baik2 saja.
Sekitar bulan Desember 2020 engkau kembali. Wajahmu terlihat segar. Tidak tampak pernah puluhan kali kemotrapi. Saat itu engkau sampaikan kesaya, ususmu sdh bersih dari kanker. Sayapun memelukmu sambil menitikkan air Mata.
Memasuki tahun anggaran 2021 engkau mempersiapkan pelaksanaan PKA dan PKN. Padahal saat itu kondisi masih covid. Engkau tetap bersemangat. Pahak engkau mengaku ke saya tetap mengkonsumsi obat mendukung kemotraphi yg sdh dijalani.
PKN berjalan, PKA bahkan dua angkatan bisa engkau tuntaskan. Saat PKA angkatan 1 berjalan, engkau tiba2 drop dan sempat di Rawat di RSUD Nunukan. Saat itu engkau beri kabar, dirimu baik-baik saja.
Tidak lama keluar dari rumah sakit, engkau pamit untuk check up di rumah sakit di Mks, tempatmu pernah di Rawat. Dari Hasil check up itu, ternyata sel kanker katamu sudah masuk ke Hati. Engkau Kembali Harus mengikuti kemoterapi. Hal itu engkau ungkap saat engkau kembali.
Pulang dari Makassar engkau tampil bugar dan tetap penuh semangat bekerja. Gayamu tidak berubah, tetap enjoy. Tidal tampak kamu sedang menderita penyakit berat. Pekerjaanmu tetap kamu tunaikan dengan baik, hampir tanpa celah. Termasuk menuntaskan PKA-mu di ujung Desember 2021 Dengan Nilai sangat memuaskan. Bahkan menjadi salah Satu peserta terbaik.
Setelah itu, engkau balik kampung. Tinggalkan kenangan setelah sekitar 20 tahun mengabdi di Nunukan. Kamu beralasan agar pengobatanmu lebih dekat dan Kembali untuk berbakti kepada Orang tua yang juga sudah menua.
Kenangan bersamamu sangat Banyak dan Panjang. Bukan hanya di pemerintahan tetapi juga di Ormas. Di KAHMI engkau adalah bendahara pertama. Di IPSI dan Tapak Suci engkau mendukungku dalam kepengurusan hingga tugas usai. Di Muhammadiyan Nunukan Selatan jg jd Pengurus. Demikian juga di Islamic Center, namamu hingga saat ini masih tercatat Di Muhammadiyah engkau aktif berkurban.
Setelah di Makassar engkau pernah menelpon. Menyatakan diri siap membantu bila kami ada di Makassar. Tiga hari yang lalu, saat sedang merancang akan ke Makassar tiba-tiba bayanganmu hadir dipikiranku dan di pelupuk mataku. Saya berencana akan menghubungimu bila sudah di Makassar.
Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Saat membuka WA group kemarin (Senin 17/4) sore, tiba-tiba mataku tertuju kepada sebuah foto berambut pendek dan berkacamata, menghadap ke kanan berkemeja biru. Foto itu adalah foto dirimu adinda. Di atas foto itu tertulis kabar yg menyentak Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiun, telah berpulang ke rahmatullah saudara kita Ibrahim Nur Aslam, semoga beliau husnul khotimah.
Sesaat setelah itu saya terdiam, mematung seolah tidak percaya. Terbayang wajahmu saat menyapaku, saat engkau akan pamit ke Makassar setelah terima surat mutasimu dari Kementerian. Terbayang semua saat kebersamaan kita. Engkau adalah adinda yang humble, engkau adalah orang baik, selalu bertutur kata yang sopan, murag senyum dan menyenangkan bagi siapapun. Saya saksinya.
Terbayang semua itu hingga baru bisa menuliskan sedikit kenangan kebersamaan kita sekitar 20 tahun di tanah rantau, tanah yang kita sudah pilih menjadi tanah tumpah darah kita sendiri. Seperti prinsip perantau Bugis Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung.
Di tanah ini betul kita jauh dari keluarga. Tapi kita bersyukur ditanah rantau kita dapat keluarga baru dan saudara baru yang juga menyayangi dan manerima kita apa adanya. Yah semua itu telah menjadi kenangan, selalu hadir menari-nari dalam anganku membayang tentangmu.
Selamat jalan memasuki alam keabadian adinda, engkau telah memberi contoh banyak hal baik tentang kehidupan. Semoga Tuhan membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda sebagai penyejukmu di alammu yang baru.
Kepada ibu Nunik, istrimu dan keempat anak-anakmu semoga diberi kesabaran dan ketabahan. Ibu Nunik -- Sri Wahyuni Bakri adalah teman seangkatan kita juga, dia perempuan hebat, yang selalu bersamamu dan merawatmu dengan penuh cinta dan kasih sayang. Keempat anakmu juga sudah engkau bekali dengan ilmu agama yang cukup, keempatnya adalah anak solehah dan soleh. Doa-doanya akan selalu mengalir kepadamu.
Kullu Nafsyin Saikatul Maut. Setiap yg bernyawa pasti akan menghadapi maut. Engkau telah mendahului kami, suatu saat pasti akan menyusulmu. Untuk almarhum adinda Ibrahim Nur Aslam doaku menyertaimu. Allahummagfirlahu warhamu wafihi wa fu anhu. Ya Allah ampunilah dia, rahmatilah, dan lepaskanlah dia. Berilah tempat yg terbaik disisimu, aamiinn. (*)