SIMP4TIK News – Ketua Kampung Keluarga Berkualitas (KB) Kelurahan Nunukan Selatan, Hasrul, menyebut jumlah anak stunting di wilayah Nunukan Selatan cukup tinggi mencapai angka 100 balita.
Data ini disampaikan Hasrul dalam sambutannya pada kegiatan Pertemuan Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB Kelurahan Nunukan Selatan yang dilangsungkan di Aula Pertemuan Kantor Kelurahan Nunukan Selatan, Rabu (8/3).
"Berdasar data yang berhasil dihimpun di Kelurahan Nunukan Selatan, jumlah angka stunting cukup tinggi, sehingga penanganan stunting dipriortaskan masuk dalam setiap kegiatan pertemuan Kelompok Kerja (Pokja) pada program Kampung KB di Kelurahan Nunukan Selatan,” ucap Hasrul.
Hasrul menjelaskan terbentuknya kampung KB di kelurahan Nunukan Selatan sejak Mei 2022 lalu, antara lain bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia, keluarga dan masyarakat di wilayah ini.
Lurah Nunukan Selatan, Afrendi yang ikut hadir dalam acara ini berharap seluruh unsur perangkat kelurahan yang mengikuti kegiatan penyuluhan dapat menyimak materi yang disampaikan secara baik oleh petugas penyuluh.
“Diperlukan peran serta semua pihak untuk ikut memberikan kepeduliannya, mengingat kasus stunting merupakan isu nasional yang tengah kita atasi,” tutur Afrendi.
Titik Sumariyana Penyuluh KB Kelurahan Nunukan Selatan, pada kesempatan tersebut menyampaikan materi pada kesempatan itu, perlunya memberi edukasi kepada pasangan suami istri yang baru menikah untuk memahami pentingnya pemenuhan gizi yang baik pada saat kehamilan seorang calon ibu
Menurut Titik perlunya edukasi diberikan kepada masyarakat, terutama terhadap pasangan yang baru menikah untuk memahami fase mulai terbentuknya janin, penuhan asupan gizi terhadap janin disertai perawatan kesehatannya.
“Termasuk pemantauan saat kehamilan berlangsung agar ibu dalam kondisi selalu sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula,” kata Titik.
Lanjut Titik, kecukupan gizi dan pola asuh bayi dan balita, sangat diutamakan untuk mencegah balita gagal tumbuh atau stunting. Sehingga perlu penyebaran informasi terkait pemahaman pasangan baru menikah. Karena tidak sedikit pasangan yang baru menikah hidup jauh dari orang tua atau kerabat dekat sehingga mereka mengalami kekurangan banyak informasi dalam hal perawatan kehamilan dan janin bayi mereka.
Teks/Foto : BD Novelinna (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )
Editor : Asa Zumara, SS