SIMP4TIK News - Mengenal beberapa tarian khas Lundayeh yang ditampilkan pada acara pelantikan Dewan Pengurus Cabang (DPC) Persekutuan Dayak Lundayeh (PDL) Kabupaten Nunukan periode 2022-2027, di gedung Amalia Nunukan, Sabtu (18/3/2023) lalu.

Acara dibuka dengan menampilkan atraksi menyumpit oleh dua orang pria dengan sasaran menyumpit adalah balon. Seni menyumpit ini menunjukkan alat pertahanan diri dan alat untuk memburu yang digunakan oleh nenek moyang suku Lundayeh.

Penampilan berikutnya adalah tarian perang, yang dibawakan tunggal oleh satu orang pria yang mengenakan pakaian adat Baju Talun (terbuat dari kayu), dengan tameng dan maundau ditangannya. Tarian perang ini menunjukkan kegagahan dan keperkasaan seorang laki-laki yang bertempur dalam perang untuk menjaga kehormatan diri dan wilayahnya.

Pada sesi berikutnya ada tarian Busak Baku yang  menampilkan anak-anak gadis. Tarian ini melambangkan kecantikan seorang gadis (anak Adi) Lundayeh yang sedang tumbuh dewasa dan atau memuja kecantikan para gadis Lundayeh.

Lanjut, Tarian Saung, yang dibawakan oleh kaum wanita Lundayeh, tari saung ini biasanya dilakukan saat pesta besar atau irau rayeh. Tari saung menggambarkan kegunaan Reung Basung (saung) pada kegiata peruyud atau gorong royong pada masyarakat Lundayeh.

Saung (reung basung) merupakan topi khas, terbuat dari bahan baku tumbuhan Basung yang kemudian dianyam dan dibentuk sedemikian rupa digunakan sebagai pelindung kepala saat melakukan kegiatan dan aktifitas masyarakat ketika berkebun, bersawah dan berladang.

Pada Penghujung acara ditutup dengan Talande yang mengajak semua tamu dan undangan untuk ikut melangkah bersama dengan saling berpegangan pada bahu orang yang berada didepannya.

"Talande adalah Seni tutur yang biasa digunakan pada saat perayaan (irau)," terang pegiat seni atau pengurus Sanggar Tari Lundayeh Dorma, Sabtu (25/3/2023).

Ditambahkan, oleh George Marso Daniel, Talande dari Bahasa Lengilu' atau Sa'ben, yang punya makna sendiri, dan berhubungan dengan ajakan menari, bergembira, bersukacita bersama alam tarian (gerak sama).

Sementara kalimat kedilun tudih dari Bahasa Belawit-Bawan sering dilantunkan dalam cerita rakyat yang berhubungan dengan nasihat, petuah kepada anak-anak.

Kata Kedilun singkatan dari kata keburi' lun (Kata orang), sedangkan kata Tudih artinya moon (lama) dalam Bahasa Lundayeh Kemaluh. 

"Kalau dihubungkan kedilun tudih dalam Bahasa Belawit-Bawan, Sama artinya dengan Bahasa LunDayeh Kemaluh keburi' lun moon (Kata orang dulu) atau kebalaa lun moon (cerita orang dulu) atau kudeng buri deh wa' remarar moon (seperti kata para orang tua dulu)," imbuh Marso.

Teks/Foto : BD Novelinna (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )

Editor : Asa Zumara, SS