Nunukan, SIMP4TIK – Pemerintah Kabupaten Nunukan melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) menggelar Rapat Koordinasi dan Monitoring–Evaluasi akhir tahun di Lantai 4 Kantor Bupati Nunukan, Senin (9/12/2025). 

Pertemuan lintas sektor ini menjadi momentum strategis untuk meninjau capaian layanan, mengevaluasi kinerja lapangan, serta merumuskan langkah percepatan penurunan stunting menuju tahun 2026.

Rakor dipandu dengan pemaparan lengkap capaian 31 indikator Percepatan Penurunan Stunting (PPPS) oleh Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Litbang Nunukan, Silvia HW Q. Mone. Indikator tersebut mencakup enam kelompok sasaran utama yakni ibu hamil, ibu pasca persalinan, ibu menyusui, baduta, balita, remaja putri, calon pengantin, serta rumah tangga dan masyarakat.

Laporan TPPS menunjukkan sejumlah progres positif, mulai dari pemantauan ibu hamil, pemberian PMT, imunisasi, peningkatan cakupan ASI eksklusif, konsumsi protein hewani, suplementasi vitamin A, hingga intervensi tumbuh kembang balita.

Data e-PPGBM Triwulan III 2025 mengonfirmasi adanya perbaikan status gizi balita, meski masih terdapat kasus gizi buruk yang memerlukan penanganan khusus. Cakupan ASI eksklusif naik signifikan, diikuti peningkatan konsumsi protein hewani bagi anak usia 6–23 bulan berkat edukasi gizi dan pemberian MPASI bergizi. Pemberian vitamin A serta PMT bagi balita bermasalah gizi juga menunjukkan tren positif.

Dalam pemaparannya, Silvia menyoroti kondisi stunting pada 15 desa/kelurahan lokus tahun 2025. Meski beberapa wilayah mencatat angka rendah, sebagian desa masih berada pada prevalensi tinggi.

Data menonjol antara lain:
Sanur: 4,09 persen, Nunukan Timur: 4,64 persen, Nunukan Tengah: 9,48 persen, Tanjung Harapan (Sebatik Timur): 11,11persen, Mansapa: 17,52 persen, Tabur Lestari: 17,62 persen, Tinampak II: 28,57 persen, Manuk Bungkul: 34,48 persen (tertinggi).

Varian angka tersebut menunjukkan perlunya intervensi lebih terarah dan intensif, khususnya di wilayah dengan prevalensi tinggi.

Salah satu fokus rakor adalah evaluasi Program GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting). Program kolaboratif ini melibatkan BUMN, BUMD, dunia usaha, organisasi masyarakat, komunitas, dan individu dalam mendukung keluarga berisiko stunting.

Melalui program ini, 450 keluarga menerima edukasi terintegrasi serta dukungan nutrisi berupa protein hewani. Orang tua asuh tersebar di berbagai kecamatan, mulai dari PKK Pokja IV, Komunitas Wanita Subuh, IPEKB, hingga tokoh masyarakat. Pelaksanaan intervensi dilakukan oleh Tim Sibunda Tercantik, yang terdiri dari PKB, petugas puskesmas, TPK, dan perangkat desa/kelurahan.

Dalam sesi evaluasi, TPPS mengidentifikasi sejumlah hambatan yang memengaruhi capaian program, di antaranya:

1. Ketidaksinkronan pengelompokan indikator antar kementerian.
2. Minimnya regulasi daerah untuk memperkuat layanan dan memudahkan kerja petugas lapangan.
3. Pemanfaatan Buku KIA yang belum optimal.
4. Rendahnya partisipasi masyarakat pada vaksinasi dan pemantauan tumbuh kembang.
5. Keterlibatan dunia usaha dalam dukungan CSR yang masih terbatas.
6. Hambatan geografis dan waktu, terutama bagi orang tua yang bekerja.
7. Pelaporan TT remaja putri oleh sekolah yang belum maksimal.

TPPS Kabupaten Nunukan menegaskan komitmennya untuk memperkuat langkah percepatan stunting tahun 2026 melalui:

Integrasi data dan harmonisasi indikator layanan, Advokasi regulasi daerah terkait dukungan CSR dan penguatan layanan stunting.
Peningkatan edukasi masyarakat tentang gizi, PHBS, dan ASI eksklusif.
Perluasan Program GENTING dan peningkatan jumlah orang tua asuh.
Penguatan peran kader dan optimalisasi pemantauan tumbuh kembang melalui Buku KIA.

Dengan berbagai upaya tersebut dan dengan kerja sama antar stakeholder terkait Pemkab Nunukan optimis prevalensi stunting dapat ditekan secara signifikan pada tahun 2026.(*) 

Teks/Foto : Masdiana (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )

Editor : Hermi Mastura, S,I.Kom