Nunukan, SIMP4TIK – Arbain, S.Pd., pemerhati budaya lokal Nunukan sekaligus dewan juri dalam Lomba Apresiasi Siswa Sastra Daerah, mengungkapkan rasa bangga dan haru atas penampilan para peserta, ia menyampaikan apresiasinya kepada Pemerintah Kabupaten Nunukan dan Dinas Pendidikan yang telah memfasilitasi kegiatan tersebut.

“Kami sebagai masyarakat asli Tidung sangat berterima kasih, kegiatan ini adalah bentuk nyata dari upaya pelestarian bahasa daerah, sebelumnya kami juga sudah menyusun kamus bahasa Tidung, dan lomba ini adalah kelanjutannya dalam bentuk nyata di sekolah,” ungkap Arbain.

Ia menjelaskan bahwa lomba berlangsung selama dua hari, mulai dari jenjang SD hingga SMP, dengan berbagai kategori seperti mendongeng, membaca puisi, pidato, dan tembang lagu daerah berbahasa Tidung.

Yang membuatnya terkesan, banyak peserta bukan berasal dari latar belakang penutur asli, namun mampu menyampaikan karya mereka dengan baik.

“Ini luar biasa, anak-anak yang bukan penutur asli bisa membawakan bahasa Tidung dengan penghayatan dan pengucapan yang bagus,” tuturnya.

Arbain berharap ke depan bahasa Tidung bisa dijadikan muatan lokal di sekolah-sekolah, menurutnya, sebagai seorang guru, ia sangat menantikan bahasa daerah masuk ke dalam satuan pendidikan secara formal, baik dalam bentuk kurikulum maupun silabus.

“Bahasa Tidung harus hadir di kelas, tidak hanya di lomba, supaya anak-anak dari SD sampai SMA bisa belajar, memahami, dan menggunakan bahasa itu dengan baik, di situlah jati diri, budaya, dan tradisi kita akan terus terjaga,” katanya.

Selain Tidung, Arbain juga mengingatkan pentingnya memperhatikan bahasa-bahasa daerah lain di Nunukan seperti Krayan dan Agabag. Ia menekankan bahwa semua suku adalah saudara dan perlu bergandengan tangan untuk memajukan budaya masing-masing.

“Kami ingin semua anak-anak bisa bangga menggunakan bahasa daerahnya,” ujarnya.

Terkait penilaian lomba, Arbain menjelaskan bahwa dewan juri memperhatikan beberapa aspek penting, yaitu penghayatan, pengucapan, ekspresi, serta pemahaman makna dari teks yang dibawakan.

“Kalau anak-anak memahami isi cerita atau lagu yang mereka bawakan, ekspresi mereka akan lebih hidup., mereka tidak hanya membaca atau menyanyi, tapi benar-benar bercerita lewat kata-kata itu,” jelasnya.

Dengan semangat dan dukungan berbagai pihak, Arbain yakin bahwa bahasa Tidung dan budaya lokal lainnya akan terus hidup dan berkembang, terutama melalui generasi muda yang kini mulai berani mengekspresikannya.(*)

Teks/Foto : BD Novelinna (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )

Editor : Hermi Mastura, S,I.Kom