Nunukan, SIMP4TIK – Tingkatkan Pendapatan Asli Desa dan meningkatkan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat Desa Tagul di Kecamatan Sembakung, Pemerintah Desa dan masyarakat desa setempat Kelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yaitu usaha sembako.

Kepala Desa (Kades) Tagul, Aisyah (59), mengatakan dari anggaran desa Rp 1 miliar yang dikelolanya, selain untuk biaya operasional seperti pembayaraan gaji SDM pengurus Desa, juga untuk biaya infrastruktur seperti pembangunan jalan tani dan renovasi, selain itu dialokasikan untuk pembinaan seperti penanganan kasus stunting.

Sebagain digunakan untuk modal BUMDes, menurutnya untuk PAD di desanya hanya bersumber dari BUMDes tersebut.

"Dari hasil penjualan sembako 20 persen itu masuk ke desa, hasilnya juga lumayan seperti baru-baru ini masuk Rp6 juta per triwulan,sembako itu selain dijual ke masyarakat juga ke perusahaan-perusahaan yang ada di sana," terangnya, Jumat (21/06/2024).

Kades yang baru menjabat kurang lebih 3 tahun ini mengaku tidak ada kendala selama menjabat, apa yang diinginkan oleh masyarakat dan yang ingin dilaksanakan oleh masyarakat untuk kepentingan bersama selalu di bicarakan dan kemudian dikerjakan bersama pula.

“Saya kan dipilih oleh masyarakat, jadi apa-apa yang menjadi program desa selama itu untuk keperluan masyarakat, masyarakat mendukung, karena seblumnya kita juga melibatkan mereka untuk memutuskan apa yang perlu di kembangkan didesa misalnya bangun jalan tani dan renovasi, dan lainnya lagi,” ungkapnya.

Aisyah, menuturkan Desa Tagul merupakan salah satu desa yang sering terdampak banjir setiap tahunnya, kondisi inilah yang membuat 500 warganya yang tinggal Di Desa Tagul tersebut, memilih budidaya sarang burung wallet.

Alasannya, selain penghasilannya yang lumayan, juga aman dari banjir yang tiap tahun merendam desa.

Aisyah menuturkan, awalnya warga setempat berternak hewan, tapi karena sering terjadi banjir tahunan maka banyak yang  beralih memilih budidaya sarang burung walet.

“Rata-rata penduduk desa kami memiliki sarang burung wallet, selain aman dari banjir hasilnya juga cukup untuk menopang ekonomi warga masyarakat desa Tagul,” terangnya.

Disamping itu, menurut Aisyah, ada juga warga yang jadi bertani kebun sayur yang masa panennya tidak memakan waktu lama, karena khawatir terendam banjir.

“Ada juga yang berkebun, namun memilih jenis tanaman yang tidak terlalu lama, kalau panen lama jadi rugi, karena terendam banjir," ungkap Aisyah.

 

Teks/Foto : BD Novelinna (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )

Editor : Hermi Mastura, S,I.Kom