Nunukan, SIMP4TIK – Kunjungan Bunda PAUD ke TK Sion Nunukan membawa semangat baru bagi para guru dan pengelola sekolah, dalam kunjungan tersebut, Kepala TK Sion, Selvi, menyampaikan langsung sejumlah harapan, termasuk permintaan agar pemerintah dapat memberikan pelatihan bagi guru-guru yang menangani anak berkebutuhan khusus.
“Melalui kunjungan ini, kami merasa sangat didukung. Ada perhatian dan support dari pemerintah, terutama dari Bunda PAUD. Ini sangat memotivasi kami untuk terus memberikan yang terbaik bagi anak-anak,” ujar Selvi saat berbincang di sela-sela kunjungan.
Selvi mengungkapkan, saat ini ada empat anak di TK Sion yang mengalami keterlambatan bicara atau speech delay. Dua di antaranya telah terkonfirmasi mengalami autisme ringan berdasarkan hasil pemeriksaan psikolog. Namun, dua lainnya masih dalam proses observasi.
“Kami belum bisa pastikan kondisinya, tapi kami butuh pelatihan agar bisa menangani mereka dengan tepat. Kami para guru berkewajiban menerima semua anak, termasuk yang berkebutuhan khusus. Tapi kami juga butuh bimbingan dan dukungan,” katanya.
Ia juga menyinggung soal dampak buruk dari penggunaan gadget pada anak usia dini. Menurutnya, sebagian besar anak dengan keterlambatan bicara cenderung terlalu fokus pada gawai, sehingga menghambat perkembangan sosial dan komunikasi mereka.
“Mereka jadi sulit berinteraksi dengan lingkungan. Lebih senang pegang HP daripada bermain bersama teman-teman. Ini juga yang ingin kami sampaikan, agar ada edukasi kepada orang tua, misalnya melalui posyandu,” tambahnya.
Bunda PAUD yang hadir juga diajak meninjau sejumlah fasilitas di TK Sion. Di antaranya ruang kelas B untuk kelompok Ayub dan Abraham, serta ruang perpustakaan mini di lantai dua. Selvi menjelaskan, perpustakaan ini terbuka bagi anak-anak untuk meminjam buku dan membacanya di rumah bersama orang tua.
“Ini bagian dari pendidikan karakter. Orang tua bisa punya quality time dengan anak-anaknya sambil membaca buku cerita. Anak juga belajar tanggung jawab dengan mengembalikan buku dalam kondisi baik,” jelasnya.
Tak hanya itu, aula serbaguna juga diperlihatkan. Ruangan ini biasa dipakai untuk kegiatan ibadah bersama, latihan menari, drum band, serta bermain alat musik seperti angklung. Bunda PAUD juga melihat ruang permainan edukatif (APE) dalam ruangan, yang sebagian besar mainannya merupakan bantuan dari pemerintah.
“Anak-anak senang sekali dengan mainan yang ada. Sangat bermanfaat. Kami berterima kasih atas bantuannya,” kata Selvi.
TK Sion saat ini menampung 42 siswa dari berbagai latar belakang. Menariknya, meskipun mayoritas beragama Kristen dan Katolik, sekolah ini tetap memberikan ruang dan hak yang sama kepada semua siswa. Termasuk bagi satu siswa yang beragama Islam.
“Kami siapkan guru tamu khusus untuk mengajarkan agama sesuai keyakinan anak. Ini bentuk komitmen kami dalam memberikan pendidikan yang inklusif dan merata bagi semua,” ujarnya.
Di akhir kunjungan, Selvi menyampaikan rasa syukur atas kepercayaan orang tua yang telah memilih TK Sion sebagai tempat anak-anak mereka belajar dan berkembang.
“Kami ingin terus berbenah, dan kunjungan seperti ini memberi kami semangat baru. Semoga ada tindak lanjut yang nyata, terutama untuk pelatihan guru. Karena masa depan anak-anak ada di tangan kita semua,” tutup Selvi.
Teks/Foto : BD Novelinna (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )
Editor : Asa Zumara, SS, M.IKom