Nunukan, SIMP4TIK – Festival Kuliner Tradisional yang digelar dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kabupaten Nunukan, Rabu (15/10/2025), mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan.

Tak hanya dari warga lokal, kekaguman juga datang dari komunitas Tionghoa yang tinggal dan berdomisili di luar daerah.

Salah satunya adalah Mely, warga keturunan Tionghoa yang kini tinggal di Surabaya. Ia mengaku baru kembali ke Nunukan setelah sekitar 30 tahun. Kehadirannya kali ini membawa nostalgia sekaligus kekaguman tersendiri saat diajak bergabung bersama Persatuan Marga Tionghoa di Nunukan.

“Saya sudah 30 tahun nggak ke Nunukan. Dulu kecil tinggal di sini, sekarang tinggal di Surabaya. Tapi kali ini saya diajak komunitas Tionghoa di sini, jadi saya datang,” ujarnya ramah saat ditemui di lokasi acara.

Mely tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencicipi berbagai hidangan tradisional dari berbagai etnis. Ia menyebut hampir semua makanan yang dicobanya terasa lezat dan menggugah selera.

“Tadi saya makan sop tulang makanan khas sualwesi, terus pecel Jawa, kue bulan khas Tionghoa, lalu panada, dan minum cendol. Semua saya suka,” ucapnya sambil tertawa.

Ketika ditanya mana yang paling disukai, Mely pun tak bisa memilih. “Semua favorit. Makanan Indonesia itu yang terenak. It’s the best!” katanya mantap.

Ia juga menuturkan bahwa pengalaman mengikuti festival kuliner seperti ini justru lebih terasa istimewa di daerah seperti Nunukan.

“Kalau di kota besar, saya belum pernah ikut acara kayak gini. Tapi di Nunukan bisa bikin festival sebesar ini, menurut saya luar biasa. Is the best! Dan kalau ada lagi, saya pasti datang,” tuturnya penuh semangat.

Sebagai penutup, Mely menyampaikan harapannya agar kegiatan budaya seperti ini terus dilanjutkan dan ditingkatkan dari tahun ke tahun.

“Semoga ke depan festival seperti ini terus ada dan bisa makin besar. Supaya budaya Indonesia bisa dikenal dan dicintai lebih luas, apalagi lewat makanan,” ujarnya.

Festival Kuliner Tradisional ini menjadi bukti bahwa keberagaman di Nunukan bukan hanya hidup berdampingan, tapi juga saling mengisi dan menghangatkan lewat rasa, cerita, dan kebersamaan.(*)

Teks/Foto : BD Novelinna (Tim Publikasi DINAS KOMUNIKASI INFORMATIKA STATISTIK DAN PERSANDIAN )

Editor : Hermi Mastura, S,I.Kom